Beranda | Artikel
Kisah Orang Yang Berhutang Seribu Dinar
Kamis, 17 Februari 2022

Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Ihsan Al-Atsary

Kisah Orang Yang Berhutang Seribu Dinar merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz Abu Ihsan Al-Atsaary dalam pembahasan Mencetak Generasi Rabbani. Kajian ini disampaikan pada Selasa, 13 Rajab 1443 H / 15 Februari 2022 M.

Kisah Orang Yang Berhutang Seribu Dinar

Ketika kita menyampaikan kisah, tentunya ada makna yang ingin kita sampaikan. Misalnya tentang pentingnya menjaga amanah dan menanamkan sifat amanah kepada anak. Maka kita ambil kisah yang berkenaan dengan amanah.

Ada satu kisah tentang orang yang berhutang seribu dinar. Kisah ini disebutkan oleh Imam Bukhari di dalam shahihnya. Banyak faedah di sini, terutama menanamkan sifat amanah pada diri anak-anak. Apalagi berkaitan dengan masalah harta.

Selain itu, bagi kita ada faedahnya juga. Yaitu dalam melunasi hutang, ini adalah satu hal yang mungkin dianggap kecil oleh sebagian orang. Masalah hutang-piutang bisa menjadi ganjalan pada hari kiamat. Orang itu akan tertahan dengan hutangnya. Sampai orang yang mati syahid sekalipun dia tertahan karena hutangnya.

Hutang mungkin perkara yang boleh, tapi kalau bisa dihindari. Kalau kita tidak perlu berhutang maka jangan berhutang. Kalaupun berhutang maka berhutanglah dengan cara yang baik, sesuai dengan kebutuhan, memang diperlukan dan ada jaminan atau ada barang yang kita jaminkan. Jangan sampai utang-piutang ini kita bawa sampai mati, sehingga kita mati meninggalkan hutang. Karena kita tidak tahu apakah orang lain bersedia melunasi hutang-utang kita setelah mati. Sementara kita tidak berdaya apa-apa lagi. Tidak semua ahli waris sungguh-sungguh untuk melunasinya. Maka jangan kita lemparkan tugas melunasi utang ini kepada orang lain.

Kisah ini menjadi pelajaran bagi kita tentang pentingnya untuk melunasi hutang itu. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah menolak menyolatkan sebuah jenazah yang ternyata dia meninggalkan hutang. Nabi berkata kepada para sahabat: “Shalatkanlah jenazah saudara kalian ini,” tapi Nabi tidak mau menyolatinya karena punya hutang. Ini bentuk sanksi sosial bahwa jangan bermudah-mudah dalam masalah harta. Apalagi ada harta orang lain di tangan kita dalam bentuk pinjaman-meminjam.

Utang tidak bisa kita katakan ‘cuma sekian’, karena hutang tetaplah hutang walaupun jumlahnya kecil. Bisa jadi gara-gara uang 50.000 kita tertahan di pintu surga, padahal apalah arti 50.000? Tapi karena kita melalaikan/menganggap remehnya, ingat banyak orang tersandung karena kerikil kecil, bukan karena batu besar.

Lihat: Kisah Kesungguhan Dalam Membayar Hutang Tepat Waktu

Bagaimana kelanjutan kisah kesungguhan membayar hutang? Mari download dan simak mp3 kajiannya.

Download mp3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51421-kisah-orang-yang-berhutang-seribu-dinar/